24 Juni 2011

(Seolah-olah) Peduli Perempuan


Budi Maryono
http://ikibukuku.blogspot.com

Topik: Perempuan
Media: Jawa Pos– Radar Semarang
Judul: Perempuan Dituntut Kritis dan Kreatif
Hari/Tanggal: Jumat, 22 April 2011
Posisi: Hlm 9, kolom 3-5, tengah, non-headline

BERITA tentang perempuan tidak serta-merta menunjukkan kepedulian media terhadap perempuan. Sangat bisa jadi hanya ”seremoni” seperti peringatan Hari Kartini. Ya, semacam berita apa boleh buat. Akibatnya, perempuan yang sekilas tampak sebagai subyek, justru menjadi obyek atau bahkan ”korban keadaan”. Berita berjudul ”Perempuan Dituntut Kritis dan Kreatif” ini contohnya.

Bacalah dengan saksama. Pada judul, kata ”perempuan” memang terletak di depan tapi terikuti kata pasif ”dituntut”, bukan kata aktif ”menuntut”. Jika kalimat itu dibalik, bakal terlihat jelas ”perempuan” bukanlah subyek melainkan obyek: ” ..... Menuntut Perempuan (untuk) Kritis dan Kreatif”. Subyeknya? Silakan isi sendiri titik-titik itu. Bisa orang (laki-laki), bisa juga ”keadaan” sebagaimana terangkum dalam isi berita.

Berita ini terdiri atas delapan alinea. Alinea 1-6 berisi sambutan Bupati HA Kholiq Arif pada peringatan Hari Kartini (21/4) yang berbarengan dengan pelantikan pengurus Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Wonosobo periode 2011-2015. Tak pelak, meski bertopik perempuan, berita ini jatuh menjadi monolog laki-laki tentang perempuan ”ideal”.

Dengan kalimat-kalimat era Millenium Development Goals (MDGs), termasuk frasa pengarusutamaan gender (jiaaahhh!!), Bupati mengatakan antara lain, ”... dengan semangat Kartini, perempuan di Wonosobo harus lebih berdaya dan berkualitas. Tidak hanya cerdas dan berpendidikan tinggi, namun juga harus sehat, kreatif, berperilaku positif, religius, bisa memimpin dan memiliki jiwa kepemimpinan, serta mandiri, bahagia, dan lebih sejahtera....”

Alinea 7-8 adalah berita lain, digabungkan karena sejenis, berisi informasi tentang peringatan Hari Kartini yang sebenarnya justru ”perempuan banget”: seminar peran perempuan di ranah publik yang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Wonosobo. Wakil Bupati Wonosobo Maya Rosida, Ketua Bidang Iptek dan Seni Budaya Kowani Haililah, dan Ketua Fatayat Kabupaten Wonosobo Amiroh Zaetun hadir sebagai narasumber.

Jika benar-benar peduli terhadap perempuan, media atau jurnalis mestinya membalik isi berita: sebagian besar (alinea 1-6) tentang apa saja peran dan persoalan perempuan yang mengemuka dalam seminar, sebagian kecil (alinea 7-8) berita lain tentang Bupati Wonosobo yang hadir dan melantik pengurus GOW. Pemasangan foto Wakil Bupati Maya Rosida sebagai pelengkap berita ini mungkin untuk memenuhi asas ”keadilan”, namun justru menjadi tanda yang bisa saja terbaca bahwa perempuan boleh berbicara asal tanpa suara!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Komentarnya Ya :)