21 April 2011

Nyelonong dalam (Bentuk) Berita









Budi Maryono
http://ikibukuku.blogspot.com

Topik: Kesehatan
Media: Suara Merdeka – Semarang Metro
Judul: Laparoskopi RSUD Dr Kariadi, Permudah Operasi Pembedahan
Hari/Tanggal: Kamis, 31 Maret 2011
Posisi: Hlm D, kolom 3-7, tengah, non-headline

Topik: Kecantikan
Media: Suara Merdeka – Semarang Metro
Judul: Inginkan Perut Indah Tak Perlu Diet Ketat
Hari/Tanggal: Kamis, 31 Maret 2011
Posisi: Hlm D, kolom 3-7, tengah-bawah, non-headline

Topik: Pendidikan
Media: Suara Merdeka – Semarang Metro
Judul: Cheerleading SMA 3 Juara IV ASEAN
Hari/Tanggal: Kamis, 31 Maret 2011
Posisi: Hlm D, kolom 3-9, bawah, non-headline


PADA ”zaman dahulu kala”, ada pagar api di dunia jurnalistik, yaitu pagar yang memisahkan antara berita dan iklan. Berita adalah berita, iklan adalah iklan. Jika ada berita berbau iklan, berarti wartawan telah menerabas pagar api dengan motif ekonomi. Ketika iklan telah menjadi darah media seperti zaman sekarang, hampir seluruh media mencari cara dan formula untuk memadukan keduanya. Ada yang elegan dengan membuat halaman atau rubrikasi baru agar berita tak tercemari pesan sponsor, namun ada juga yang malah ”kebingungan” sehingga berita dan iklan tak lagi terbedakan.

Tiga ”berita” yang muncul pada hari dan halaman yang sama di Suara Merdeka (Kamis, 31 Maret 2011) ini adalah contoh ”kebingungan” itu.

Yang pertama, ”Laparoskopi RSUP Dr Kariadi, Permudah Operasi Pembedahan”. Isinya informatif, yaitu tentang alat berbentuk teropong yang mempermudah dokter untuk membedah organ dalam pasien. Tapi inilah berita tanpa peristiwa. Tak ada contoh kasus aktual, tak ada seminar, tak ada pula sekadar jumpa pers, tiba-tiba muncul ”berita” berdasarkan wawancara dengan dr Kunsemedi SpBD, pakar bedah RUSP Dr Kariadi. Meski tersembunyi, pesan utamanya jelas: rumah sakit ini punya laparoskopi, jika butuh pembedahan, datanglah kemari.

Yang kedua, ”Inginkan Perut Indah Tak Perlu Diet Ketat”. Posisi ”berita” ini di halaman D Semarang Metro ada di antara ”berita” tentang laparoskopi dan SMA 3, namun saya letakkan pada posisi ketiga di sini karena merupakan ”berita” terparah. Hanya empat alinea. Alinea 1-3 berisi tentang arti perut indah bagi wanita, kendala dan kesulitan melangsingkan perut, dan diet bukan satu-satunya pilihan. Jangankan peristiwa, data dan narasumber pun tak ada. Alinea keempat, ini iklan cetha mela-mela, ada teknologi program pelangsingan tubuh yang diimpor dari Korea di... ”...Orchid Beauty Center yang menempati lantai dua, kompleks Kolam Renang Metro Atlantis, Jln MT Haryono 1014-1016 (setelah Java Mall)....” Lihat! Bahkan sampai alamat pun wartawan perlu menjelaskan ”sedetail” tukang becak di pinggir jalan.

Yang ketiga, ”Cheerleading SMA 3 Juara IV ASEAN”. Apa beritanya? Tim Cheerleading SMA 3 Semarang meraih juara keempat dalam ”1st Southeast Asia Open Cheerleading Championship” di Singapura. Kapan? Pada alinea pertama tertulis ”baru-baru ini”. Bagaimana mungkin tanggal sebuah ”keberhasilan” dalam kompetisi di tingkat ASEAN tak tercatat? Keterangan waktu ”baru-baru ini” adalah tanda bahwa ini berita basi. Bau iklan karena pemaksaan unsur aktualitas sudah menguat dari sini. Dan kian menyengat karena ”berita” terfokus pada si juara IV yang tak membawa pulang medali (kok juara?) tanpa keterangan tim mana sajakah yang meraih juara I, II, dan III. Yang lebih aneh, foto pendukung ”berita” ini adalah foto saat mereka latihan, bukan saat bertanding!

Jika tiga berita tersebut termuat di halaman khusus advertorial, infotorial, edutorial, medistorial, cantiktorial, atau torial-torial yang lain, ya wis-lah! Tapi ketiganya termuat di halaman berita, di bawah headline ”Lagi, Tertipu Undian Berhadiah, Rp 14,8 Juta Raib”. Ya, di antara kreativitas menyiasati prinsip pagar api, masih saja ada iklan yang nyelonong dalam (bentuk) berita. Atau, jangan-jangan, berita tentang penipuan itu yang justru salah tempat?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih Atas Komentarnya Ya :)