Blog ini merupakan forum berbagai LSM, komunitas, dan individu, untuk mengapresiasi dan mengritisi media cetak yang terbit dan beredar di Jawa Tengah. Ke depan, diharapkan makin banyak konsumen media yang terlibat di forum ini. Pada tahap awal, Blog ini dimoderatori oleh Lembaga Studi Pers dan Informasi (LeSPI) dan didukung Yayasan TIFA
14 Oktober 2009
Judulnya Menggoda, Isinya Mengecewakan
Oleh Christiana Retnaningsih (Ketua Dasa-Wisma Klengkeng, Kampung Tengger RT 04/ RW 07 Semarang)
Topik : Anak (Wisata Pendidikan)
Nama Koran : Seputar Indonesia
Judul : Ungaran Barat Kembangkan Wisata Pendidikan
Belajar Menanam Padi di Lereng Gunung
Hari, tanggal : Senin, 12 Oktober 2009
Posisi : Halaman 12; kolom : 2-5; bagian bawah; Non-Headline
Tanggapan:
Sebagai orang yang berlatar belakang ilmu pertanian dan pangan, saya demikkian mudah ”tergoda” untuk membaca berita dari Seputar Indonesia, berjudul ”Ungaran Barat Kembangkan Wisata Pendidikan: Belajar Menanam Padi di Lereng Gunung”. Apalagi di sebelah berita tersebut ada foto anak-anak pelajar (etnis tionghoa?) tengah menanam padi. Eksotik sekali. Ibarat kata iklan, ”Kesan pertama demikian menggoda....” Namun selanjutnya ... pembaca kecewa!
Mengapa demikian? Saya membayangkan, dengan judul dan foto demikian, pembaca akan diberi informasi mendalam tentang jenis wisata yang unik, yaitu aktivitas menanam padi, yang mungkin sangat menarik untuk para pelajar SD-SMP dan juga orang-orang kota yang ingin bergelut dengan lumpur. Apalagi jika ada kegiatan lainnya juga, yaitu membajak sawah dengan kerbau.
Saya bayangkan kegiatan seperti itu –menanam padi dan ”mengendarai kerbau”—akan menjadi aktivitas wisata yang unik sekali dan mengesankan bagi para pesertanya. Di Australia dan Selandia Baru, sebagai pembanding, para turis disuguhi aktivitas wisata (lokal) yang unik pada bulan-bulan tertentu, yaitu mencukur bulu domba. Menanam padi dan mengendalikan kerbau pastilah lebih eksotik dibanding sekadar jadi ”tukang cukur” bulu domba.
Kenyataannya? Berita yang bersumber dari Camat Ungaran Barat, Muhammad Risun, itu hanya menceritakan tentang rencana pengembangan wisata di wilayahnya, di mana wisata menanam padi hanya menjadi bagian kecil di antaranya. Dalam hal ini, media semata-mata jadi penerus pesan (baca: corong) aparat birokrasi di tingkat kecamatan.
Ternyata keterangan fotonya pun tidak jelas. Siapa atau pelajar dari SD mana anak-anak yang menanam padi itu, kapan kegiatan itu dilakukan, di mana dilakukan, dsb., tidak terungkap pada keterangan fotonya. Saya jadi curiga, jangan-jangan foto itu kegiatan pelajar di daratan China atau Taiwan yang di-download dari internet.
Pertanyaannya, apakah informasi maksimal yang diberikan media/ wartawan memang cukup hanya demikian, karena objek yang dinamakan ”wisata pendidikan” itu belum benar-benar terwujud?
Sebenarnya, jika mau, pendalaman lebih jauh bisa dilakukan. Khusus mengenai ”wisata pendidikan menanam padi” itu, umpamanya, pembaca perlu diberi informasi lebih jauh mengenai latar belakang pemikiran dari ide itu, calon lokasinya, bagaimana mengaksesnya, bilamana kegiatan itu dimulai, dsb.***
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Komentarnya Ya :)